Tulis Batang 2003
Nok,...Ku ketuk pintu hidupmu, Ku buka lebar cinta dan kasihmu, Kau persembahkan pengertianmu dan Kau permudah jalan nikah.
Nok,...
Usaplah linangan air mata di pipi, Jangan kau sesali hidup kita
Mari kita berjuang untuk keutuhannya.
Maafkan aku...
Yang harus terpaksa beri makan sehari, Yang tidak bisa menuruti keinginan kita
Yang selalu mengumbar nafsu.
Betapa besar pengertianmu, Kau ikut menanggung beban berat hidupku
Meski tangis peredam setiap marahku, Belaian kasih sayangmu, hangatnya cinta yang kau beri, Membakar semangat perang kerasnya hidup
Nok,...
Kecupan hangatmu seribu makna kau bisikkan cita-cita
Tak surut kau berdoa, Terasa lapang dada ini menopang sandaran bahagia
Tak terasa sembilan purnama berjalan. Kita telah menempuh jalan dewasa
Berkendara bahtera merah milik kita, sorak Suka cita bak genderang perang
Muncul, menghilang, muncul, menghilang lagi. Dari segala penjuru
Nok,...
Setiap doamu dikabulkanNya, untukku sang pelupa ini
Beban hidup tak membuat jera
Untuk ihktiar dan bangkit berusaha lagi.
Terasa baru kemarin kau hangatkan dada beku ini, dengan linang hangat air matamu.
Di hari yang fithri waktu itu, dengan mesra dan ikhlas kau sodorkan kata
Permohonan maaf untuk dosa yang kemarin. Tak kuasa kudengar rasa ibamu
Tak kuasa ku terima tulusmu yang merenggut hati. Ku balas kecupan di keningmu
Kau sandarkan pipi di dada ini, Ku cium harum jilbabmu. Ku belai mesra punggungmu dengan penuh kelembutan
Saat itu,... Kubisikkan kata sesal, Atas kelalaian dan segala salahku
Ku bisiki permintaan maaf atas diriku yang belum mampu menopang keluarga
Nok,...Maafkan Abang ya,... Kemarin menamparmu dengan kata keras, Memukulmu dengan kekecewaan, Menghardikmu dengan keras hati.
Nok, kumaafkan sgala salah dan lalaimu, Karena memang tiada salah dirimu bagiku
Karena tulus ikhlasmu yang mendampingiku.
Nok,...Akulah yang banyak salah, Yang tak mau mengerti keadaanmu, Yang memaksakan stiap keinginanku. Nok, aku menyayangimu. Ini sayang sebenar rasa sayang,
Apakah kau mengerti? Sayang,....
Mingkin,... Hatiku terlampau keras, Untuk mengungkapkan rasa kasih dan sayang padamu
Engkau yang meleburkannya, Hingga selembut dan seputih salju. Tak hentinya kau rayu aku agar hilang marah dan duka karena penatnya dunia
Nok,...Tak ku lupakan tatapanmu saat itu. Kau diam tampak berkaca-kaca,
Buliran bening mengalir dari kedua sudut mata indahmu
Ku seka linangannya
Kau rangkul leherku dengan mesra
Kau kecup bibirku,...
Kau kecup keningku tanda kau terima maafku.
Nok,... Engkaulah bagian jiwa dan paruhan ragaku
Dulu,...
Dalam pencarianku
Dulu, sebelum menemukanmu
Hanya separuh raga, Tak penuh rasa sayang yang kumiliki. Kau bimbing aku pada kenyataan, Kau papah aku pada kedewasaan
Ternyata,...Sembilan purnama bahtera berlayar, Dari labuhan dua hati yang saling terikat. Mengarungi samudra hidup
Sering kita temui sepoi badai cobaan, Tak jarang semilir topan datang menguji
Meski terombang-ambing kita tetap melangkah.
Nok,...
Dalam sembilan purnama,... Banyak hal yang ternyata kulalaikan
Ku sepelekan keberadaan sayangmu, Tak kusadari pengertianmu
Betapa bodohnya aku,... Yang semakin melupakan makna dewasa
Apakah ini kan terulang?
Nok,...Ku ketuk pintu hidupmu, Ku buka lebar cinta dan kasihmu, Kau persembahkan pengertianmu dan Kau permudah jalan nikah.
Nok,...
Usaplah linangan air mata di pipi, Jangan kau sesali hidup kita
Mari kita berjuang untuk keutuhannya.
Maafkan aku...
Yang harus terpaksa beri makan sehari, Yang tidak bisa menuruti keinginan kita
Yang selalu mengumbar nafsu.
Betapa besar pengertianmu, Kau ikut menanggung beban berat hidupku
Meski tangis peredam setiap marahku, Belaian kasih sayangmu, hangatnya cinta yang kau beri, Membakar semangat perang kerasnya hidup
Nok,...
Kecupan hangatmu seribu makna kau bisikkan cita-cita
Tak surut kau berdoa, Terasa lapang dada ini menopang sandaran bahagia
Tak terasa sembilan purnama berjalan. Kita telah menempuh jalan dewasa
Berkendara bahtera merah milik kita, sorak Suka cita bak genderang perang
Muncul, menghilang, muncul, menghilang lagi. Dari segala penjuru
Nok,...
Setiap doamu dikabulkanNya, untukku sang pelupa ini
Beban hidup tak membuat jera
Untuk ihktiar dan bangkit berusaha lagi.
Terasa baru kemarin kau hangatkan dada beku ini, dengan linang hangat air matamu.
Di hari yang fithri waktu itu, dengan mesra dan ikhlas kau sodorkan kata
Permohonan maaf untuk dosa yang kemarin. Tak kuasa kudengar rasa ibamu
Tak kuasa ku terima tulusmu yang merenggut hati. Ku balas kecupan di keningmu
Kau sandarkan pipi di dada ini, Ku cium harum jilbabmu. Ku belai mesra punggungmu dengan penuh kelembutan
Saat itu,... Kubisikkan kata sesal, Atas kelalaian dan segala salahku
Ku bisiki permintaan maaf atas diriku yang belum mampu menopang keluarga
Nok,...Maafkan Abang ya,... Kemarin menamparmu dengan kata keras, Memukulmu dengan kekecewaan, Menghardikmu dengan keras hati.
Nok, kumaafkan sgala salah dan lalaimu, Karena memang tiada salah dirimu bagiku
Karena tulus ikhlasmu yang mendampingiku.
Nok,...Akulah yang banyak salah, Yang tak mau mengerti keadaanmu, Yang memaksakan stiap keinginanku. Nok, aku menyayangimu. Ini sayang sebenar rasa sayang,
Apakah kau mengerti? Sayang,....
Mingkin,... Hatiku terlampau keras, Untuk mengungkapkan rasa kasih dan sayang padamu
Engkau yang meleburkannya, Hingga selembut dan seputih salju. Tak hentinya kau rayu aku agar hilang marah dan duka karena penatnya dunia
Nok,...Tak ku lupakan tatapanmu saat itu. Kau diam tampak berkaca-kaca,
Buliran bening mengalir dari kedua sudut mata indahmu
Ku seka linangannya
Kau rangkul leherku dengan mesra
Kau kecup bibirku,...
Kau kecup keningku tanda kau terima maafku.
Nok,... Engkaulah bagian jiwa dan paruhan ragaku
Dulu,...
Dalam pencarianku
Dulu, sebelum menemukanmu
Hanya separuh raga, Tak penuh rasa sayang yang kumiliki. Kau bimbing aku pada kenyataan, Kau papah aku pada kedewasaan
Ternyata,...Sembilan purnama bahtera berlayar, Dari labuhan dua hati yang saling terikat. Mengarungi samudra hidup
Sering kita temui sepoi badai cobaan, Tak jarang semilir topan datang menguji
Meski terombang-ambing kita tetap melangkah.
Nok,...
Dalam sembilan purnama,... Banyak hal yang ternyata kulalaikan
Ku sepelekan keberadaan sayangmu, Tak kusadari pengertianmu
Betapa bodohnya aku,... Yang semakin melupakan makna dewasa
Apakah ini kan terulang?
No comments:
Post a Comment